Monday, May 21, 2007

semua berawal dari selangkangan atau buah larangan?

Tiba teringat pada seorang kawan lama yang tergemarkan ritual ritme baru, mengelinjang. Hobi yang otentik kupikir. Tak terkira, perempuan kini berani menabu apa yang tabu, merongrong apa yang terbentuk di alam pikir mereka sendiri. Kenapa perempuan harus dari tulang rusuk, tidak dari tulang tengkorak atau tulang kering sahaja? Sebab perempuan tidak dibawah atau diatas keberimbangan lelaki. Ini terkait dengan pernyataan: perempuan belum sejajar dengan lelaki. Berbalik tanya, apanya? Ini masalah pola pikir dan habituari! Sekira ini cuma penandas dari tulisan sebelumnya. Kita sudah sejajar dengan lelaki. Sekali lagi, ini cuma masalah pola pikir. Kita sudah sejajar, hanya suara pejuang sok feminis-lah yang semakin menandaskan batas, bahwa lelaki adalah sebuah kiblat imajiner relationship antar gender. Sebab perempuan memposisikan dirinya sebagai yang tertindas dan yang terbelakang. Dan beberapa diantaranya tidak mau menjadi manusia pembelajar. Terandai perempuan mau berdikari.

Di lain otak kawan perempuanku, feminis abis, dengan kalimat yang mengebu kena kesejajaran, mematri menjadi budak nafsu lelaki. Tak satu kata dengan sangat, pada poligini (kukira kawan2 bisa bedakan dengan poligami), tapi sedekah tubuh jalan terus. Kasihan sekali. Pada inilah, aku lebih menyelami sebuah pembelajaran keberimbangan. Hal yang menarik kupikir.

Terbenak, perempuan selalu menistakan diri karena takut tak terbeli (euphisme dari: ga laku), dan kekerasan fisik. Suami maen pukul, hajar balik. (he..) Maaf kalo sedikit sarkas. Kekerasan fisik kukira cuma alibi, kalo tidak merupakan alasan yang merupakan pembenaran. Aku selalu bangga, bahwa belum pernah keluar dari mulutku ini, tandasan kalau aku seorang feminis atau destroyer dari budaya patriarki. Mungkin hal ini dilatarbelakangi oleh keadaan keluargaku yang bebas aktif ya. Bebas dalam mempelajari segala sesuatu dan aktif mempertanyakan kembali. (mas wiji thukul, maaf kata-katamu ke-tutur..). kiranya aku harus mengucap terima kasih pada orangtuaku yang mengajariku melalui sikap, dan sedikit kata.

Hari gini kalau ngomongin feminisme dari wacana patrialkal, agak basi kukira. walo hal ini takkan pernah basi. Ada hal yang lebih menarik untuk dibahas. Mengenai menstrual taboo. Di semua agama abrahamic, isu ini cukup mencuat dan menarik untuk dibahas. Apalagi kalo dikaitkan dengan buah larangan. Dan selangkangan. Hmm... . Dari pertanyaan kecil semacam kenapa perempuan dalam islam tidak boleh menjadi khatib, ke pertanyaan tentang penistaan agama yahudi terhadap perempuan yang dianggap makhluk kotor karena darah ini, dan agama katholik dan protestan terkait isu ini. Di antara kutukan perempuan yang paling monumental ialah menstruasi. Teologi menstruasi ini kemudian menyatu dengan berbagai mitos yang berkembang dari mulut ke mulut (oral tradition) ke berbagai belahan bumi.

Teologi mengenai menstruasi dianggap berkaitan dengan pandangan kosmopolitan terhadap tubuh wanita yang sedang menstruasi. Perilaku perempuan di alam mikrokosmos diyakini mempunyai hubungan kausalitas dengan alam makrokosmos. Peristiwa-peristiwa alam seperti bencana alam, kemarau panjang dan berkembangnya hama penyebab gagalnya panen petani dihubungkan dengan adanya yang salah dalam diri perempuan.

Darah menstruasi dianggap darah tabu (menstrual taboo) dan perempuan yang sedang menstruasi menurut kepercayaan agama Yahudi harus hidup dalam gubuk khusus, suatu gubuk yang dirancang untuk tempat hunian para perempuan menstruasi atau mengasingkan diri di dalam goa-goa, tidak boleh bercampur dengan keluarganya, tidak boleh berhubungan seks, dan tidak boleh menyentuh jenis masakan tertentu. Yang lebih penting ialah tatapan mata dari mata wanita sedang menstruasi yang biasa disebut dengan "mata iblis" harus diwaspadai, karena diyakini bisa menimbulkan berbagai bencana. Perempuan harus mengenakan identitas diri sebagai isyarat tanda manakala sedang menstruasi, supaya tidak terjadi pelanggaran terhadap menstrual taboo. Dari sinilah asal-usul penggunaan kosmetik yang semula hanya diperuntukkan kepada perempuan sedang menstruasi. Barang-barang perhiasan seperti cincin, gelang, kalung, giwang, anting-anting, sandal, selop, lipstik, shadow, celak, termasuk cadar ternyata adalah menstrual creations.

Upaya lain dalam mengamankan tatapan "mata iblis" ialah dengan menggunakan cadar yang dapat menghalangi tatapan mata tersebut. Kalangan antropolog berpendapat menstrual taboo inilah yang menjadi asal-usul penggunaan kerudung atau cadar. Cadar atau semacamnya bukan berawal dan diperkenalkan oleh Agama Islam dengan mengutip "ayat-ayat jilbab"dan hadits-hadits tentang aurat. Jauh sebelumnya sudah ada konsep kerudung/cadar yang diperkenalkan dalam Kitab Taurat dan Kitab Injil. Bahkan menurut Epstein, ketentuan penggunaan cadar sudah dikenal dalam Hukum Kekeluargaan Asyiria (Assyrian Code). Ada referensi lain?

Pernah mendengar penelitian di amerika mengenai kehidupan feminis di negara paling tidak demokratis itu? Para feminis mengalami beberapa tekanan kejiwaan dan mereka tidak puas dengan kehidupan yang mereka perjuangkan itu, setelah mereka mendapatkannya. Come on, idealis boleh, tapi jangan di ucap sahaja. Setengah realis ga masalah kok. Bukan berarti kita tidak prinsipil. Tapi bukan berarti kita menjadi tumpul. Perempuan, mari kita berdikari.

Pukul 03.00, di ruang huruf. Damn coffemix yang kutenggak di angkringan code, bikin mata selayak malas tersua. Insomnia murahan. Dan atas ketidakbisaan ku tidur lagi setelah sujud, jadi, ku kan hanya menikmati 2,5 jam untuk ritme tidur. Hobi ganggu orang dengan miscol pun muncul. Hehehe...

Sekali lagi, Perempuan, mari kita berdikari.

No comments: