Friday, June 8, 2007

Bacalah, untuk aku.


Kematian, seperti apa?

Aku ingat sekali, pernah suatu kali menulis di buku harianku, sebuah pinta jika aku meninggal nanti. Dan semoga peristiwa mati itu bukan semacam tsunami, kiamat, atau bom atom, karena kenikmatan kematianku tidak akan terasa menyejukkan lagi. Aku tak ingin mayatku dibuang ataupun tanpa kafan.

Aku ingin kematian yang benar-benar dihayati.

Kematian yang syahdu. Tanpa tangis. Hanya ada ketulusan, bahwa mereka bahagia telah mengenal aku. Tapi tak mudah untuk tidak egois bagi manusia. Pun aku. Kematian yang harus dilegawa-kan untuk kebahagiaan sang mati, terbantah rasa keegoisan karena kita merasa kehilangan. Sekali lagi, karena kita merasa kehilangan, bukan si mati.

Aku ingin yang men-shalatiku lebih dari tiga shaf. Aku ingin diminta maafkan atas segala salah. Aku tak ingin nisan dimakamku ada tulisan. Makam yang tanpa atap dan tak permanen. Rumahku di alam baka yang sederhana. Hanya ada rumput jepang dan satu pohon kembang kamboja. Pinta yang sederhana, semoga tuhan kabulkan inginku ini. Dan semoga aku mati dalam keadaan kaffah. Amien.

Keterpakuan pada nubuat mati. Malam ini.