Monday, May 21, 2007

dilingkupi ruang dan batasan

Memang pada dasarnya manusia hanya berkeinginan mencari kebenaran, berkaitan dengan keberadaannya di bumi. Tetapi seringkali ini disalah-artikan menjadi mencari pembenaran. Tidak jauh-jauh, pun saya. Tak jarang alasan-alasan yang keluar dari mulut saya hanya untuk sebuah pembenaran dari sikap dan keputusan yang saya ambil. Bukan alasan itu sendiri.

Mengapa ada kecenderungan manusia untuk melihat kekurangan orang lain dibandingkan dengan kekurangan diri sendiri? Simpel saja, sebab si diri merasa telah melakukan pembenaran atas semua hal yang telah dia tempuh. Jarang ada manusia yang melakukan hal yang dia anggap tidak dapat dibenarkan. Saya bilang jarang, bukan berarti saya sendiri tidak melakukannya. Saya melakukan.

Nah, yang menjadikan hal ini begitu rumit adalah ketika kita bertemu dengan kata pembatas dan batasan. Ya kalo di teknik industri ya pemrograman linier... , batas antara pembenaran dan kebenaran itu terletak dimana terkadang kita tidak dapat mendeskripsikan hal itu dengan sebuah ilmu pasti. Terlebih lagi jika hal ini dikaitkan dengan pluralitas kita sebagai individu dalam berpikir. Hukum tuhan, mungkin dapat sedikit berbicara. Tapi kenapa saya menulis “sedikit” ya? Dan juga kenapa saya tulis “tuhan”, bukannya “Tuhan” ? Sebab tuhan tidak butuh huruf kapital.

Inti dari prolog yang berlebih tadi ialah: manusia selalu memenuhi benaknya untuk melakukan pembenaran atas segala hal yang telah dia lakukan. Seberapa salah pun itu. Sebab itu memang kodrat manusia. Dari sini terlihat sepersepuluh ke-fatalisan saya ya? Itu menurut pendapat saya. Boleh lah tidak setuju.

Epilognya:
Pramoedya Ananta Toer dalam Khotbah dari Jalan Hidup mengatakan, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Jadi,seberapa ga berkualitas tulisan kamu, seberapa kacau pikiran kamu sewaktu menulis, tulislah. Sebab itu dapat mengambarkan diri kamu. Siapa tau kamu dapat menilai diri kamu dari tulisan kamu sendiri tanpa harus melihatnya dari cermin mata orang lain. Istilahnya tulisan yang reflektif lah, kalo saya bilang. Kalau saya menulis sih, karena kalau saya ngomong : kasihan yang ngedengerin, sakit kupingnya, hehehe…

No comments: