Monday, January 14, 2008

Budjana, Gigi, Infotainment, dan Saya

Gimana kabar Soeharto? ujar Budjana membuka Press Conference malam itu, 11 Januari 2008, tepat pukul 12 malam di Hotel Santika. Satu jam sesudah konser di kota kenangan, Jogjakarta.

Saya pun tersenyum mendengarnya, setengah ngikik. Bagaimana tidak, satu jam ikut berkumpul dengan wartawan infotainment dari berbagai media cetak dan media elektronik nasional, pembicaraan mereka memang tidak lepas dari kondisi Soeharto yang sedang dalam masa kritis malam itu. Tentu artis-artis seperti Budjana tahu betul kalau wartawan-wartawan ini up to date masalah pergosipan. Dapat disimpulkan, mereka ikut-ikutan repot seperti trah Cendana yang lain. Bagaimana tidak, beberapa diantaranya setelah meliput konser Gigi, harus mendapat kepastian apakah Soeharto jadi meninggal atau tidak, kalau iya, mereka harus bersegera pindah posisi ke Karanganyar. Celutukan-celutukan yang sarkas tentang Soeharto kerapkali terdengar. Para pewarta infotainment ini juga saling bertukar informasi tentang Soeharto. Ada salah satu mbak-mbak berjilbab yang nampaknya hafal betul riwayat pergosipan Si Soe ini sampai ke keponakan-keponakannya dan bumbu-bumbunya.

Beberapa dari mereka nampak kelelahan, dan omongannya pun semakin merancau menyudutkan Soeharto, bukannya mendoakan Bapak Tua itu untuk cepat sembuh, tapi mengumpat ia agar segera menghadap sang Gusti. Wah, tentu saja saya yang belum pernah se-intim itu dengan wartawan infotainment cuma senyum-senyum nggak jelas. Yang secara kasat mata terlihat smart itu wartawan dan kameramen dari Trans TV. Yang lain? Saya nggak bisa menjamin.

Yang pasti, saya puas sekali atas konser Gigi malam itu. Two Thumb up for them plus dua jempol kaki saya deh. Saya melihat, di Indonesia yang komposisi pemainnya semua kelas atas ya cuma band Gigi ini. Armand Maulana selalu tampak atraktif dan vokalnya tidak kedodoran walau tingkahnya kayak kucing kejepit kesana-kemari. Thomas Ramdhan, bassist paling saya gemari di Indonesia ini tentu tidak ada yang mensangsikan keandalannya. Dewa Budjana? Inspirator saya nomor satu untuk belajar gitar ini tak usahlah dikasih komentar. Siapapun tahu kualitas musikalitas dia. Dan Hendy? Aha, baru kali ini saya mengetahui betapa bagusnya permainannya diatas panggung secara live. Mantap!!

Tiga kali sudah saya melihat konser mereka di Jogja. Selalu mengesankan. Walaupun rating super groupband di Indonesia nomor satu menurut saya tetap Slank, tetapi Gigi juga mempunyai tempat tersendiri. Mungkin bagi semua orang yang melihat konser Gigi malam itu, mereka akan menyisihkan sebagian memorinya untuk mengingat kepuasan mereka atas konser tersebut. Seperti halnya Gigi mengingat Kota Jogja sebagai kota yang spesial. (Jokja memang istimewa untuk kita, yang pernah mengenalnya...).

Duapuluh lagu dibawakan Armand cs hampir tanpa jeda. Beberapa diantaranya dibawakan secara medley. Kebetulan ada seorang teman yang baik hati memberikan sebuah kartu sakti sehingga saya bisa memelototi Budjana dari jarak satu meter di backstage (thx Dipt, walo aku harus rela dicela habis2an dulu...). Sengaja saya nggak mau olahraga mata mengikuti gerak Armand, tapi terpusat pada dua tangan Budjana. Seseorang yang plural, dalam dan menarik. Walau dia kalau ngomong kadang tanpa filter dan orangnya jahil, pas ditatap dia, aduh, mau mati rasanya. Ah, berlebihan. Mungkin karena terlalu mendramatisir dengan mas Budjana ini pula, foto saya bareng dia ancur jadinya. Tuhan nggak mau saya sombong karena pamer, ucap saya mendamaikan hati.

Kesimpulannya? Saya nggak mau jadi wartawan infotainment. Dan saya puas sekali dengan konser Gigi malam itu. Oya, Budjana still inspired me. So so deh....

Ps : sayangnya senar gitarku belum bisa saya ganti. Senar seharga limapuluh ribu pun tak kuat saya membelinya sekarang. Aduh skripsi, kamu bikin aye kere. Ada yang mau ngasih kado senar gitar di ultah saya yang beberapa hari lagi? Hahaha...