Monday, December 6, 2010

Saya Bangga jadi Orang Indonesia

Saya bangga jadi orang Indonesia.

Sebangga saya menjadi diri saya sendiri.

Meski banyak yang bilang Indonesia adalah Negara yang kurang disiplin, kotor, korup, tidak maju dan bla bla bla lainnya. Maaf, itu Indonesia yang mana? Mungkin malah anda sendiri yang tidak disiplin, kotor dan tidak terencana dengan baik itu .

Menurut saya, labeling dalam ilmu psikologi juga banyak berlaku dalam hal ini. Justru karena sudah beranggapan dan memberi label bahwa bangsa ini adalah bangsa yang seperti itu, maka jadi seperti itulah Indonesia. Saya yakin kalo banyak yang melakukan hal hal yang konkret, tidak malah banyak omong, Indonesia bisa menjadi negara yang mana setiap orang bisa dengan lantang membilang ia bangga akan bangsanya. Sebelumnya, ubah mindset anda. Berpikiran positif, bahwa bangsa ini bisa berubah ke arah yang lebih baik, ubah keseharian anda, ubah lingkungan anda. Bayangkan jika satu orang bisa merubah lima orang dalam lingkungannya. Tidak usah bermimpi banyak dahulu.
Banyak orang bermimpi Negara ini bisa seperti Singapore, yang bersih, terencana dengan baik, disiplin dan sebagainya. Andai mengatur orang banyak itu mudah, itu bukan mimpi. Tapi? Tapi seolah kita lupa, satu hal saja misalnya : luas, jumlah penduduk dan pendidikan.

Sebenarnya kalau dipikir pikir, sangat amat menyenangkan tinggal di negara ini. Majemuk. Satu keluarga saja tidak mampu disamakan jalan pikirannya, apalagi Indonesia. Sangat beragam. Beragam tapi tidak bisa diseragamkan. Tidak bisa rumah rumah kumuh di pinggiran Jakarta itu, yang menurut kita kumuh, bisa seragam dengan pikiran penghuninya. Rumah yang sehari hari mereka geluti tak mungkin dianggap kumuh oleh mereka sendiri, bukan?

Berbicara tentang Jakarta, sebenarnya bukan masalah rumah kumuh, menganggu tata letak kota dan sebagainya. Tapi ada hal lain yang lebih penting. Bahwa Jakarta bukan kota yang ramah untuk pencari mimpi yang cuma punya modal mimpi sedikit. Ini menurut saya pribadi. Kaum kaum urban yang akhirnya saling bertabrakan antara sang kaya dan sang kumuh. Sang kumuh dipersalahkan atas ketidakteraturan Jakarta, yang akhirnya terlihat sebagai Indonesia kecil yang bobrok secara penglihatan fisik.

Sebenarnya, justru ketidakteraturan itulah yang akhirnya menggambarkan hal yang krusial : bahwa manusia tidak bisa diseragamkan. Dan mengubah orang adalah hal yang tidak mudah dilakukan. Setidaknya, jika tidak banyak yang bisa dilakukan, diamlah. Terkadang muak melihat orang yang melabeli bangsa ini dengan hal hal buruk, tanpa ada hal nyata yang dilakukan. Bangsa ini sudah terlalu penuh dengan orang orang seperti itu. Jika anda bilang itu kritik, kritik terlebih dahulu diri anda sendiri.

Sekali lagi, saya bangga jadi bagian dari bangsa ini.
Bangsa besar yang founding father kita punya impian besar yang akhirnya nyata. Yang impian besar mereka terhempas oleh ketidakmampuan manusia Indonesia sekarang untuk meneruskan mimpi mimpi besar mereka. Keheranan bagaimana bisa bangsa aceh, suku batak, orang manado, masyarakat banda dan orang flores yang dari pulau berbeda, bahasa berbeda dan kebudayaan berbeda bisa menjadi satu. Bagaimana mereka bisa mengenyampingkan ego nya. Sementara sekarang?

Wajar kalau orang yang mengeluh tentang Indonesia itu bukan orang seperti saya. Yang sangat menyukai dan banyak bersyukur hidup di Indonesia. Yang ketinggian gunung dan kedalaman lautnya adalah salah satu hal besar yang mengubah pandangan saya mengenai Indonesia. Sebuah keindahan hakiki yang mungkin tidak semua orang diberi kesempatan oleh tuhan untuk mencicipinya. Sebuah kebersyukuran tinggal di negara berjudul Indonesia. Yang cahaya bintang dibeberapa pulau kecil yang pernah saya kunjungi mungkin tidak bisa ditemukan ditempat lain, yang pemandangan bawah lautnya begitu kaya, begitu meng`imajinasi. Yang bisa melihat enam gunung disamping nya ketika berada dipuncak salah satu gunung.

Kekayaan berupa banyaknya suku, bahasa, pemikiran, agama, keindahan pantai, laut, puncak gunung.. kalau dipikir pikir, sesungguhnya yang membuat bangsa ini kaya adalah keberagaman.. keberagaman itu bisa berupa perbedaan pola pikir dalam memandang sesuatu. Dan sekali lagi, tidak semua bisa diseragamkan. Kita bukan bangsa robot. Kita bukan bangsa tetangga yang bisa mendisiplinkan sesuatu yang terkadang manusia adalah sebuah mesin.

Mari kita membayangkan, jika kita hidup di arab. Harus pakai baju yang tertutup, perempuan tidak bebas berdikari. Kalau saya, jelas akan merasa terkekang. Tapi bayangkan juga kalau kita hidup di eropa atau freestyle country named United States. Orang mabuk seenaknya, ML seenaknya, pakai pakaian sangat amat seenaknya. Mau? Atau mau di Singapore yang orang cuma ngomongin belanja, belanja dan belanja serta bisnis aja?

Mau macet, banjir atau menjenuhkannya Jakarta, sebenarnya itu adalah pilihan mereka yang mau tinggal di Jakarta. Tidak bisa anda menyamakan Jakarta dengan Indonesia. Sudah berani memutuskan untuk tinggal di kota itu adalah sebuah kedewasaan. Berarti anda sudah berani memikul tanggung jawab untuk tidak mengeluh hidup disana. Termasuk tidak mengeluhkan manusia manusia yang tidak seragam pikirannya.

Sebenarnya yang tidak disiplin itu bukan bangsa Indonesia, tetapi mereka yang cuma banyak omong tetapi tidak mau merubah kebiasaan itu secara nyata. Percayalah..

Jangan ngaku Indonesia hanya ketika kamu merasa batik udah direbut, dibilang Indon sama negara tetangga. Jangan merasa terinjak injak harga dirinya ketika banyak TKW dibunuh, disiksa. Keseharian kamu menunjukkan siapa kamu.

Memperbaiki diri dari hari ke hari, adalah salah satu sikap nasionalis, menurut aku. Tidak tahu menurut kamu. 

No comments: